Suara panggilannya membuatku haru | Tunggu Aku!

Sudah malam. Aku merasakan rindumu mulai memanggil namaku dengan seru. Panggilan yang fasih kau lantunkan sebagai lagu malam yang kau dendangkan di beranda rumahmu. Suaramu yang manis terbawa begitu saja bersama embus angin malam yang menjadi sekutuku.

Aku lihat teman baruku yang telah berbaik hati berbagi kubur. Tengkorak kepalanya telungkup dan miring ke kiri. Rupanya dia bersedih hati karena akan kutinggalkan.

“Mbak cantik, tak usah bersedih hati. Duniamu di sini hanyalah sementara. Tunggu semua kebahagiaan yang abadi menyapamu. Tunggulah dengan bersabar hati. Tak perlu kau bangkit untuk mencarinya. Setelah perpisahan dengan dunia lamamu, kau yang telah terkubur tak perlu mati dua kali menyaksikan dia tertawa gembira dengan keluarganya.”

Sebuah nasihat kecil untuk teman baruku sebelum aku bangkit dari kuburnya. Tengkorak kepalanya yang lapuk berderak kecil saat dia menganggukkan kepala. Sebelum meninggalkannya, aku tata kembali tulang belulangnya yang terserak. Sekali lagi tengkorak kepalanya berderak. Rupanya dia senang dengan apa yang aku lakukan.

***

Suara panggilannya membuatku haru
mengapung di bawah awan kelabu
mengiring sepenggal bulan sebagai 
pembawa pesan cinta

Panggilannya meringankan langkah
hatiku pun disentuh tetesan air 
yang jatuh dari gemuruh rindu

Panggilannya semakin menderu
menjentik gaunku yang berkibar
aku pun terbang saja menujunya
meringkas jarak untuk temu
Tunggu aku!
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url
TRANSLITE