Cerpen - Pengkhianatan Cinta
Cerpen - Pengkhianatan Cinta
Cerpen Karangan: “Maafkan Aku.” Hanya itu kata yang terus kau ucapkan dari bibirmu, kata itu tidak bisa membuat hilang rasa sakitku.Seketika dadaku terasa sakit, kenanganku bersamamu masih terlintas dalam benakku. Rintik-rintik hujan pun mulai membasahi jalan. Mengiringi air mata yang sedari tadi mengalir tanpa kusadari.
“Dorr! Ngapain ngelamun?” Kata-kata itu membuyarkan lamunanku.
“Apa Din? Aku gak ngelamun kok.” mungkin Andini memperhatikanku dari tadi.
Kring, kring. Bel pun berbunyi, jam pelajaran pertama pun dimulai. Dari jam pelajaran pertama sampai terakhir entah kenapa aku selalu melamun, sampai sampai aku selalu ditegur oleh guru yang masuk ke kelasku. Bel pulang sudah berbunyi, ini saat yang menyenangkan bagi para siswa yang lainnya. Waktu istirahat tadi, aku bertemu dengan Farhan, dia adalah cowok yang aku kagumi selama ini. Dan dia tadi mengajakku untuk pergi ke toko buku, kebetulan aku pun ingin membeli sebuah novel.
Di parkiran sekolah..
“Udah lama ya nunggunya?” Tanyaku
“Engga kok, yaudah yuk langsung aja naik” kata Farhan.
“Oh ya udah, aku duluan ya din, maaf gak bisa bareng sama kamu pulangnya ”
Sejak saat itu, aku dan Farhan pun semakin dekat, semakin hari, dia semakin dekat denganku, hingga suatu hari, dia menghubungiku lewat bbm.
Farhan: “Hani, dari pertama kita ketemu, aku ngelihat ada yang berbeda dari kamu, aku sayang kamu, kamu mau gak jadi pacarku?”
Hani: “Kenapa gak? Aku juga sayang kamu kok, iya aku mau jadi pacar kamu.”
Sejak saat itu kita menjalin hubungan dengan status pacaran, setiap minggu kita selalu pergi bersama, tapi kita tidak hanya pergi berdua, kita pergi bertiga, Aku, Farhan, dan Andini. Mensive pertama Farhan memberiku satu buah boneka stitch dan setangkai bunga mawar putih kesukaanku, entah bagaimana Farhan tahu bahwa aku suka boneka stitch dan setangkai bunga mawar putih. Menjelang mensive kedua, dia menghilang dariku, dia tidak memberi kabar padaku, begitu juga dengan Andini, aku tidak tahu ke mana perginya mereka berdua ini. Pada suatu hari aku dan temanku pergi ke puncak, tapi tiba-tiba aku melihat Farhan sedang berjalan berdua dengan Andini, saat itu hatiku seperti dijatuhi bom molotov yang sangat amat luar biasa, rasa sakit yang tidak pernah ku bayangkan sebelumnya. Kemudian aku menghampiri mereka berdua, mereka terkejut akan kehadiranku.
“Jadi ini kelakuan kamu selama ini sayang? Iya Far? Masih pantes aku manggil kamu sayang?” Suaraku mulai bergetar, aku lelah dengan semua ini, tanpa ku sadari air mataku mengalir dengan deras.
“Sayang, aku bisa jelasin semuanya, aku sayang..”
“Apa Han? Sayang? Ini yang namanya sayang? Ini? Cukup Han cukup ”
“Hani, maafin aku, aku terpaksa ngelakuin ini, sebenernya aku suka sama Farhan,” mohon Andini padaku.
“Udahlah aku cape, kalau gini aku mau minta putus sama kamu Han, aku ga mau diduain kayak gini, sakit Han sakit, kenapa harus Andini sih Han? Kenapa?” Bentakku padanya. Aku berlari semampuku untuk meninggalkan mereka berdua, aku lelah dengan semua ini, sahabat seharusnya mengerti, bukan seperti ini.