Suku Bunga BI Naik Lagi, Apa Dampaknya Bagi Keuangan
Apa Dampaknya Bagi Keuangan?
Sebelum tahun 2022 berakhir, Bank Indonesia (BI) mengumumkan kenaikan suku bunga acuan lagi. Kali ini suku bunga acuan BI berada di angka 5,5%. Sebelumnya, BI sudah menaikkan suku bunga pada bulan November lalu. Hanya dalam waktu sebulan, BI kembali menaikkannya lagi.
Suku Bunga BI Naik Lagi
Bahkan, ekonom memprediksi kenaikan suku bunga akan berlanjut hingga pertengahan tahun depan. Angkanya dapat mencapai 6%. Kebijakan kenaikan suku bunga ini dilakukan untuk mengantisipasi inflasi, ketidakpastian pasar keuangan global, dan stabilitas rupiah.
Lalu, apa dampaknya dari kenaikan suku bunga tersebut? Yuk, kita bahas!
1. Kenaikan cicilan KPR hingga pinjaman modal usaha
Keputusan dari Bank Sentral atau BI akan diikuti oleh bank-bank lainnya. Mereka juga akan menaikkan suku buka yang berdampak pada meningkatnya biaya kredit. Jika mengajukan pinjaman, kamu akan membayar cicilan lebih mahal. Karena suku bunga mengalami kenaikan.
2. Penurunan penyaluran kredit
Beban cicilan yang naik akan membuat masyarakat enggan mengambil cicilan atau mengajukan pinjaman. Sehingga, penyaluran kredit bank pun lesu. Sementara penyaluran kredit merupakan salah satu produk yang dijual oleh bank. Dimana bank banyak mendapatkan untung.
3. Pertumbuhan usaha melambat
Berkurangnya penyaluran kredit akan membuat pertumbuhan usaha yang menggerakkan ekonomi masyarakat melambat. Biasanya, modal usaha didapatkan dari mengajukan pinjaman modal. Namun, jika suku bunga naik dan mereka enggan meminjam dana, maka mereka juga enggak bisa membuka usaha.
4. Keterbatasan lapangan kerja
Untuk mempertahankan usaha di tengah kenaikan suku bunga, para pengusaha pun akan memangkas ongkos karyawan. Artinya, lapangan kerja akan berkurang. Sementara pengangguran bertambah.
Namun, kabar baiknya, kenaikan suku bunga ini akan mendorong orang untuk lebih giat menabung. Daripada mengambil pinjaman atau cicilan yang membebankan bunga tinggi. Orang-orang lebih memilih mengamankan uangnya, ketimbang menghabiskannya untuk berbelanja.
Selain menabung, orang-orang juga lebih aware untuk berinvestasi khususnya pada instrumen dengan risiko yang rendah seperti deposito atau reksa dana. Lalu, bagaimana dengan andA..?